Friday, October 3, 2014

Jumatulis Season 2 - 02 Hasrat - Skripsi Pasti Berlalu

Sampai jam segini saya belum juga tahu apa yang harus saya tulis mengenai tema #Jumatulis minggu ini; Hasrat. Dan saking kepalang pusing karena kerjaan untuk seminggu ke depan sudah keburu menumpuk, saya nggak punya kesempatan untuk mikirin tulisan apa yang bisa saya tulis hari ini juga sebelum berganti hari.

Aaaaand, thanks to teman lembur kerja saya yang akhirnya mengantarkan ide cerah dan cemerlang kepada saya setelah ngeluh ngobrol tentang masalah hidupnya yang lagi ramai-ramainya menghantui kepalanya: Skripsi. Terus, apa hubungannya sama hasrat?

Menurut KBBI daring, hasrat berarti keinginan (harapan) yang kuat. Bagi mahasiswa tingkat akhir, nggak ada hasrat lain selain lulus skripsi dan menyelesaikan pendidikannya. Lulus sidang adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Menyelesaikan skripsi adalah peperangan yang berat. Daaaan... revisi setelah sidang adalah sisa-sisa luka perang yang masih harus ditahan perihnya, berjuang sembuh, jarak paling akhir menuju kemerdekaan yang dinanti-nanti setelah bertahun-tahun menelan banyak teori di kelas.

"Gue sebel sama Dosen A. Semua yang disidang sama dia, disalahin habis-habisan. Direvisi sebanyak-banyaknya. Kok nggak menghargai apa yang udah gue buat, sih." Keluh teman kerja saya yang baru saja sidang kemarin. Sekarang, dia benar-benar kelelahan, kehabisan tenaga dan putus asa untuk mengerjakan revisi skripsinya yang katanya banyak banget.

"Yang penting kan udah lulus. Disabarin aja dulu, sebentaaar lagi. Habis ini pasti selesai kok. Masih mau selesain kan?" Tanyaku. Nggak tahu harus kasih kata-kata semangat kayak gimana lagi ke dia. Saya pernah tahu rasa beratnya.

"Ya, mau. Tapi udah capek banget rasanya. Sampai nggak tahu mau mulai dari mana. Nggak doyan makan, kerja nggak konsen, nggak ada semangatnya lagi. Udah habis, dijatuhin sama Dosen semua kemarin."

Ya, saya tahun lalu pun tahu rasanya menyelesaikan studi yang repot banget. Bedanya mungkin Dosen saya lebih fleksibel dan mudah ditemui, dan yang saya kerjakan baru Tugas Karya Akhir. Sedangkan yang dia kerjakan adalah Skripsi S1, dengan Dosen yang kaku dan susah banget dihubungi, dan (katanya) jahat. Hahaha. Jadi kepengin cerita deh pengalaman saya memenuhi hasrat lulus satu tahun yang lalu.

Saya kuliah di jurusan Periklanan vokasi di Jakarta Selatan. Semester akhir bagi saya adalah neraka. Nggak ada yang namanya tidur nyenyak, main dengan tenang, makan enak, semua kesenangan rasanya terhisap karena satu masalah ini: Tugas Karya Akhir. Saya diharuskan melakukan penelitian untuk mendukung proposal kampanye yang akan dibuat untuk sebuah brand. Setelah menempuh tiga bulan yang sangat berat, akhirnya diaturlah skejul sidang yang menegangkan. H-2 adalah hari yang paling nggak bisa saya lupakan. Tinggal sedikit lagi polesan untuk proposal TKA saya selesai, malah dianggap salah dan nggak bisa dibawa sidang. Kek apa woyyy stresnyaaaaa?!

Selama ini saya bimbingan dengan dosen pembimbing saya dengan baik, semua masukan saya dengarkan dan saya patuhi. Lalu, saya mau mecoba untuk meminta pencerahan dari KaProdi saya tentang apa yang membuat saya bingung, Beliau malah bilang bahwa karya saya nggak bisa dibawa sidang. Saya harus mengulang semuanya, sementara waktu dan kesempatan yang diberikan hanya satu bulan. Atau saya lebih baik mengulang di tahun selanjutnya. What the hell is going on?!

Dengan cara apa pun, saya berusaha mengutak-atik sendiri, curhat dengan pihak brand yang saya ambil studi kasusnya, meminta pertolongan ekstra ke dosen pembimbing untuk mengejar ketinggalan saya (yang seharusnya sudah sidang). Semuanya memang selesai. Saya lulus dengan nilai yang alhamdulillah cukup baik untuk menebus semua air mata dan kelelahan yang sudah habis-habisan. Saya cuma nggak mau berhenti di saat pintu tujuan sudah dekat. Saya mau lulus, bukan hanya karena saya menginginkan sebuah gelar di belakang nama saya, tapi karena sesuatu yang saya mulai harus saya selesaikan dengan segala pengetahuan yang sudah saya terima.

Tahu nggak, apa yang membuat saya memegang kuat segala hasrat itu? Ada banyak hal yang selalu menggantung di pikiran saya kalau saya hampir menyerah. Pertama, saya kuliah masih dibiayai sama orangtua, dan akan merasa bersalah kalau saya malas-malasan. Kedua, susah payah saya menemukan passion di dunia ini. Karena (sekali lagi saya tegaskan) saya masuk ke jurusan ini karena iseng dan penasaran, lalu merasa salah jurusan karena saya nggak ngerti apa pun yang mendasar tentang ilmu periklanan atau komunikasi. Setelah saya punya passion di sini, kenapa juga harus menyerah sebelum semuanya selesai?

Maka, sebenarnya passion bisa menuntun kamu ke jalan yang mampu kamu tempuh. Dengan hasrat yang kuat, apa pun yang berat kan pasti bisa lewat :))
Ayoook, semangat ah yang lagi nyelesain skripsi! Semua fase tuh pasti kita lewatin. Tapi kalau sambil ngeluh terus, semuanya pasti makin berat rasanya. Dan kalau kita udah ngelewatin semuanya, pasti drama-drama dan tangis yang pernah kita lakuin bakal jadi lelucon yang kita tertawakan di depan cermin. Betapa mahaberubahnya manusia di hadapan waktu...

2 comments:

  1. Asty...pas baca tulisan ini barusan... ada kesamaan ma tulisan saya.

    Saya juga nulis arti dari hasrat, bedanya asty ngambil dari sumber online, saya mah dari kamus fisik..

    ^_______^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akumah nggak punya kamus fisik Mah. Makanya nyarinya dari online :')

      Delete

Silakan berkomentar sesuka hati! :)