“Ibu, Aku minta uang
jajan.”
“Ibu
belum punya uang, Nak.” Ujar Ibu Lolita sambil terus menyusun seikat demi
seikat bayam yang baru dipetiknya tadi pagi di halaman belakang rumah ke dalam sebuah
bakul yang sudah lusuh untuk kemudian dijual di pasar.
“Tapi, Bu.” Lolita
memberanikan diri melangkah mendekati Ibunya.
“Semua teman
sekelasku membeli lolipop yang dijual di warung seberang sekolah, lolipop yang
ada dalam kartun Sailor Pop di televisi. Hanya aku yang tidak membelinya, Ibu. Mereka
tidak mau mengajakku bermain karena aku tidak punya lolipop.”
Ia berkata sambil
memilin ujung rok seragam sekolah yang dikenakannya, suaranya terdengar gemetar
menahan tangis.
Ibunya tercenung,
menghentikan pekerjaannya sejenak kemudian menoleh dan meraih kepala Lolita
yang mungil, mengusapnya sepenuh kasih.
“Nanti kalau dagangan
Ibu habis terjual, Ibu belikan, ya.”
***
Pukul 3 sore.
Tak seperti biasa,
Ibu Lolita belum pulang dari pasar, namun ia tak terlalu khawatir, apalagi jika
nanti Ibunya pulang tak membawa lolipop yang ia inginkan.
Lolita membayangkan
besok di kelas teman-temannya akan mengajaknya bermain kembali, sebab ia kini telah
menggenggam beberapa tangkai Lolipop, persis seperti milik teman-temannya. Pemberian
Burhan, Ayah tirinya yang dengan nafas berat sedang meraba-raba kemaluannya.
Aku suka cerita iniiii, Kak Yel :">
ReplyDeleteKeren elll ;33
ReplyDeleteLolitaaa
ReplyDeleteLolita :( Atu tedih.
ReplyDelete