Perempuan yang berada dalam rangkulanku ini sangat Manis, dia terus saja menceritakan kisahnya pada hari ini. Terlambat berangkat ke kampus, sampai semangkuk bakso yang terlalu pedas. Aku menyukai matanya, bulat, hitam dan sorotannya tajam.
Setoples kue yang ber-merk ‘Cookie’ sudah tandas dalam sejam selama kami berbincang. Sesekali aku mainkan rambutnya yang menutupi matanya, aku suka dengan sorot mata itu, sehingga tak rela sehelai rambut menutupinya.
"Aku mau banget deh Cupcakes yang tadi kamu beliin. Boleh ya plis…" Merajuk adalah keistimewaan yang selalu aku rindu, posisi kedua dari sorot matanya.
Di dalam kulkas, kulirik satu buah Lolipop yang masih tersisa. Dari sosok yang sudah tiada, baru dua hari yang lalu pemiliknya meninggal. Sepiring pesanan dari sang pemilik mata yang kusukai, sudah berada di tanganku. Langkah kakiku terhenti sesaat, melirik ke atas sudut meja, menimbang sebentar kemudian melangkah lagi.
"Aku baru inget, ada Ice Cream di kulkas, mau?" Dia mengangguk, sambil tertawa kecil. Aku kurang begitu suka dengan tawanya.
Aku kembali ke dapur, sebelumnya mengambil sesuatu dari meja di sudut ruangan tanpa sepengetahuannya. Aku ingin mengejutkan dirinya, sebuah kejutan yang akan dia kenang selamanya.
Satu jam berlalu, seluruh makanan sudah tuntas, tangan perempuan itu sudah terikat dengan kencang di kursi kayu, aku tersenyum menikmati pipinya yang mulus, bibirnya terkatup rapat terlapisi lakban, sorot matanya tak lagi jenaka, entah kenapa dia seperti ketakutan.
Cukup lama aku menanti dia tenang, karena agak sulit jika harus melakukan ini. Kini air mata mengalir dari sudut matanya yang anggun, aku benci melihat sesuatu menghalangi keindahan matanya. Jadi setelah selesai dengan penantian yang membuatku jemu, aku menyentuh kepalanya, merebahkan kepalanya di atas bahu kursi agar terdangak sehingga memudahkanku, kemudian pelan-pelan aku mengeluarkan bola matanya dari tempatnya.
Sedikit sulit karena dia bergerak-gerak tidak karuan, memang salahku, tak ada obat bius yang aku sertakan. Karena aku suka dengan sensasi ini, ketakutan yang begitu dominan dari perempuan ini. Rasa takut yang terpancar dari matanya yang semakin lucu.
"Baiklah….terima kasih sayang," kukecup dahinya dengan lembut, kedua bola matanya sudah berada dalam toples bekas kue yang tadi sudah tandas kami makan bersama. Aku merasa sangat puas, suasana rumahku kini sepi, terasa damai dan tenang. Tak lagi riuh oleh tawa perempuan ini.
*Binatang Jalang*
*************************************
Tulisan ini diikutsertakan dalam proyek #Jumatulis
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuka hati! :)