Oleh:
Aku tertawa, getir. Batinku merasa sangat bosan. Aku tersiksa, perasaan tersiksa yang membuatku seperti ingin bunuh diri. Bukan berarti aku benar-benar ingin mati. Bukan. Tidak pernah ada satupun jenis penindasan yang selama ini menghantamku, yang bisa sampai membuatku ingin mati. Dan tidak pernah ada satu kali pun tekanan hidup
yang menderaku, yang juga sampai membuatku ingin enyah dari muka bumi
ini. Tidak pernah ada. Apalagi, kali ini, hanya sekadar masalah hati;
sebuah masalah yang selama ini selalu aku anggap remeh, perkara sepele, worthless.
Forget me, Forget me...
Kacaunya, kali ini terasa begitu nyata. Sakitnya, benar-benar sakit.
Aku, tersiksa.
***
Namaku Lily. Kisahku serupa dengan kisah Lily of the Valley. Bunga lili yang tumbuh subur di sekitar lembah; Convallaria majalis, menjadi simbol saat Paskah dan prosesi pernikahan. Jangan samakan dengan Easter Lily. Bentuk keduanya serupa, tapi tak sama.
Lily of the valley bisa
sangat beracun, sama sepertiku. Setelah memancing orang untuk
menghampiri -- dengan bermodalkan keindahan ragawi yang dimiliki --
kami, kaum Lily of the Valley, kemudian membuat orang tersebut
merasakan kesakitan, bahkan kematian. Di sisi lain, kami juga menjadi
obat-obatan mujarab, yang dapat membantu orang lain untuk bisa tumbuh
dan berkembang lebih baik. Tidak lagi merasakan kesakitan.
Aku teringat dengan kisah Virgin's Tears, air mata perawan. Air mata dari tangisan perawan Maria pada saat Yesus disalib. Ah, sebenarnya ada banyak lagi mitos terkait Lily of the Valley.
Bahkan, ada yang mengatakan bahwa bunga ini berasal dari air mata Hawa
ketika dia dan Adam diusir dari Taman Eden -- taman surgawi -- saat
mereka berdua memakan buah khuldi, buah terlarang.
"Ada
lagi, Lily. Ada legenda lainnya yang menyatakan bahwa bunga lili muncul
setelah ada pertempuran darah antara Saint Leonard, seorang pertapa
suci yang berasal dari Noblac dan juga teman dekat Raja Clovis, dengan
naga. Pada akhirnya, dia berhasil mengusir naga tersebut pergi. Saint
Leonard ini seorang pejuang yang pemberani dan tidak kenal takut.
Hidupnya hanya diisi dengan berkomunikasi dengan Tuhan, inilah yang
melandasi kenapa Saint Leonard hidup di dalam hutan dan bertemu dengan
naga penggoda iman. Tujuan Saint Leonard tinggal di hutan hanya satu;
menghindari godaan duniawi. Tapi, naga tersebut menuntut Saint
Leonard untuk meninggalkan hutan. Dia membakar gubuk yang ditempati oleh
Saint Leonard menggunakan api yang muncul dari napasnya." tambahmu
ketika itu.
Iya.
Aku tahu. Dan sejak itu, setiap tahunnya, ketika bunga-bunga lili
bermekaran di setiap lembah yang terpercik darah Saint Leonard dan
menyebarkan mewangian surgawi, kisah tentang Saint Leonard akan selalu
berulang. Mengingatkan kita bahwa keindahan duniawi yang terpancar dari
bunga lili dan dapat kita nikmati setiap saat ini berasal dari
pengorbanan seorang santo. Hutan Saint Leonard masih ada sampai saat
ini. Sementara itu... Bekas percikan darah naga, konon ditumbuhi gulma
beracun. Aku yakin, racun yang identik dengan Lily of the Valley sebenarnya bukan berasal dari tubuh si bunga perawan, melainkan dari gulma-gulma peninggalan dari darah naga penggoda tadi.
"Apa yang membuatmu begitu menyukai kisah di balik bunga Lily of the Valley?" tanyamu kemudian.
Jika didasarkan pada kisah perawan Maria, Adam dan Hawa, serta Saint Leonard, maka aku tidak heran jika bunga Lily of the Valley menjadi simbol keagungan, penuh aura kudus, dan menjadi simbol pada acara-acara sakral.
Shoshannat-ha-amaqim...
"Karena... Lily of the Valley
merupakan simbol kerendahan hati, agamis. Kemunculannya menjadi simbol
kekuatan, simbol semangat untuk membayangkan hadirnya sebuah dunia yang
lebih baik. Bahkan, bagi umat Kristiani, Lily of the Valley
menjadi tanda kedatangan Kristus yang kedua. Membayangkan ini membuatku
merasa tenang. Paling tidak, di balik keburukan akan selalu ada
kebaikan. Nyanyiannya, kidung yang disampaikan oleh Lily of the Valley, menyiratkan suka cita."
***
Aku
memberikan jawabanku secara asal, itu kalau kau ingin tahu yang
sebenarnya. Dan kini, membayangkan itu semua, membuatku terbahak. Entah
siapa yang sebenarnya polos, kau atau aku.
"Lily!" Aku mendongak dan melihatmu di sana, berlari tergesa-gesa menghampiriku.
Oh,
bukan. Ini, aku, masih membayangkan dirimu di saat yang lainnya lagi.
Ketika itu kau melambaikan tanganmu dengan riang, aku heran. Ada apakah?
Kau nampak semangat sekali.
"Aku tahu alasan kenapa kamu bisa mengagumi Lily of the Valley!" dengan cepat kau duduk di sebelahku, membuka halaman buku tempat kau menemukan kisah tentang bunga lili ini.
"Lily of the Valley signifies the return of happiness," gumammu, "Pantas saja jika aku sedang bersama kamu, rasanya kebahagiaanku kembali menjadi utuh."
"Hahaha,
kamu bisa saja." Mau tidak mau aku tertawa lebar mendengarkan ucapanmu
itu. Gombal sekali, aku tidak percaya bahwa aku bisa mencintai laki-laki
penuh gombal sepertimu. Sepertinya ada yang korslet di otakku saat aku
menerima ajakan untuk menjadi kekasihmu.
"Apa yang membuatmu begitu menyukai kisah di balik bunga Lily of the Valley?" tanyamu kemudian.
Shoshannat-ha-amaqim...
Aku memikirkan beragam alasan. Apapun itu. Aku mencoba mengingat lagi tulisan-tulisan terkait Lily of the Valley yang pernah aku baca, mencoba merangkainya menjadi alasan sempurna untuk memberikan kesan terbaik kepada kekasihku ini.
Tapi, apa?
"Hmm..." aku tersenyum, berharap senyumanku dapat memberikan banyak jeda sebelum aku menyampaikan jawaban yang tepat.
Dia membalasku, "Hmm... Hayo, apa?"
"Kamu pernah melihat bagaimana bunga Lily of the Valley tumbuh?" tanyaku, mengalihkan pertanyaannya dan memberikan lebih banyak lagi jeda untuk aku berpikir.
"Belum," jawabmu singkat. Sial.
"Lily of the Valley itu
kuat. Bunganya kecil, serupa dengan kecilnya bunga melati. Tapi, dia
bisa tumbuh di mana saja. Di lembah, ladang, kebun, bahkan di antara
dedurian sekali pun. Ada kesan kemandirian, keibuan, sekaligus
kelembutan. Yaa, seperti gambaran yang diharapkan ada pada wanita
modern."
Lagi-lagi, aku menjawab secara asal.
Apa lagi?
Apa lagi?
Dan aku teringat sesuatu.
"Kamu tahu tentang sebuah mitologi Jerman, tentang seorang Dewi perawan yang menjadi simbol musim semi; Dewi Ostara? Ini simbol adanya kehidupan ala Paganisme di Jerman pada masa lampau juga sih..."
Aku melihatmu menggeleng, dalam hati aku tersenyum menang.
"Konon, bagi para penyembah berhala saat itu, ketika bunga Lily of the Valley
ini mekar, berarti menjadi tanda dibukanya pesta Ostara. Wewangian
harum dan warnanya yang putih bersih itu mengingatkan tentang kerendahan
hati dan kemurnian jiwa Dewi Ostara."
Aku
melihatmu menatapku lebih dalam, dan aku semakin tersenyum menang.
Bagiku, kau sudah masuk semakin dalam ke dalam perangkap untuk terikat
kepadaku.
"Ada lagi," lanjutku, dan kau duduk semakin merapat di sampingku.
"Kamu ingat nama latin dari Lily of the Valley; Convallaria majalis. Nama majalis ini merujuk kepada belonging to May, yang secara astrologis berada di dalam kelompok Merkurius. Jadi, rasi bintang dari Lily of the Valley adalah Gemini, sama seperti aku hahaha."
***
Asal kau tahu, saat itu, ada yang aku sembunyikan darimu.
Memang benar, bunga Lily of the Valley identik dengan belonging to May. Ini juga terkait dengan bagaimana bunga Lily of the Valley memiliki hubungan dengan Maia -- the oldest of the Seven Sisters dalam mitologi Yunani Kuno. Lambang bagi pertumbuhan dan kesuburan. Dia dan Zeus merupakan orang tua dari Hermes (Merkurius).
Nama
bulan Mei yang kita kenal hingga saat ini adalah warisan yang berasal
dari nama Maia. Tanggal 1 dan 15 Mei diperingati sebagai hari suci Maia,
the Queen of May. Dahulu, di dalam ritual Katolik, hanya
perempuan yang diperbolehkan untuk menyembah Maia. Bahkan, di masa
Romawi Kuno, bulan Mei dianggap sebagai waktu yang paling tepat untuk
melakukan ritual keagamaan. Katanya, bisa mendatangkan keberuntungan,
termasuk dalam pernikahan. Inilah yang membuat bunga Lily of the Valley masih menjadi flowers bouquet
yang paling diminati bagi para pengantin wanita. Dan ini pula yang aku
gunakan untuk menjeratmu agar mau menikahiku dengan berlandaskan pada
romantisme kisah Lily of the Valley ini.
Satu hal yang aku tutupi darimu.
Maia, the Goddess of the Lily of the Walley,
juga merupakan leluhur bagi ilmu tenung. Rasi bintang Gemini merupakan
simbol ramalan dan upacara pemanggilan arwah leluhur. Masa-masa di mana
rasi bintang ini muncul, merupakan masa yang katanya paling tepat untuk
menebarkan ilmu hitam.
Dan inilah yang aku lakukan sekarang.
Aku, mengutukmu.
By Demons and Angels
By Gods and Goddesses
The curse will always haunting your family
As a punishment for all the hardships you have put me through
By Demons and Angels
By Gods and Goddesses
They shall pay for what has been done
As a punishment for all the hardships they have put me through
With the power from the sky
With the power from the earth
With the power from the sun
I use my power
I use my will for all their trouble
For now on they shall receive struggle
This black curse
This black power
I curse you
I curse your family
Forever
For the hundred years ahead
Forget me not...
Tidak. Kau tidak boleh melupakan aku.
Kau sudah mencampakkan aku, dan keluargamu sudah menghinaku sedemikian besar. Aku terperangkap di dalam imajinasi cinta yang sudah aku persiapkan untukmu, dulu.
By Demons and Angels
By Gods and Goddesses
They shall not die, no
Bring them the suffering by the death of the loves one
As a punishment for all the hardships you have put me through
As a punishment for all the hardships they have put me through
By Demons and Angels
By Gods and Goddesses
They shall not die, no
Rather than death, I wish upon suffering unto
As a punishment for all the hardships you have put me through
As a punishment for all the hardships they have put me through
By Demons and Angels
By Gods and Goddesses
They shall not die, no
Taking away everything he loves most will certainly do
Taking away everything they love most will certainly do
Taking away everything they love most will certainly do
As a punishment for all the hardships you have put me through
As a punishment for all the hardships they have put me through
An eternal life of suffering and depression he will see
An eternal life of suffering and depression they will see
This is my will
So mote it be
Forget me not...
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuka hati! :)