Friday, November 7, 2014

#Jumatulis Season 2 - 07 Botol - Tali bantal guling

Ani menjinjing plastik berwarna putih, berisi belanjaan dari daftar di secarik kertas dengan tulisan miring ala abad 19. Ibu meminta tolong sebelum maghrib tadi untuk belanja ke supermarket yang sebenarnya letaknya tidak jauh dari rumah. Tapi Ani tadi lupa, setelah lama mengobrol bersama teman satu kelasnya di SDN 01 PAGI. Mereka sama-sama kelas 5 SD, berbincang lama dan serius membahas masalah arisan.

Jadi, justru ketika azan berkumandang, barulah Ani sadar, dia harus segera pulang. Mungkin kalau sang muazin tengah berbai hati pada Ani, rasanya azan tak mungkin berkumandang, demi membiarkan Ani bisa mengobrol dengan temannya.

Sadar karena pulang telat dan azan masih terdengar, Ani memutuskan untuk memotong jalan lewat kampung kuburan. Benar, kuburan yang luasnya seperti satu kampung ini sering dijadikan sebagai jalanan untuk memotong jalan bagi orang yang terburu-buru, sama seperti Ani.
Sebenarnya ada tulisan pengumuman yang melarang melewati kampung kuburan ketika azan berkumandang. Maksudnya memang baik, kuncen kampung kuburan ingin orang segera ke masjid untuk solat saat azan. Tapi tidak ada yang menyangka kalau ada banyak kisah yang terjadi tanpa bisa diceritakan.

Ani bergegas melangkah dengan kaki jenjangnya, kata ibunya dia bisa tinggi karena sering main lompat karet. Suasana hening dan malam segera turun. Jalan di kampung kuburan hanya diterangi oleh cahaya lampu bohlam berwarna kuning, cukup untuk menuntun ke arah jalan keluar. Walau tidak menjamin akan terlindung dari bebatuan serta pecahan kaca atau paku sekalipun.

Sampai di tengah perjalanan, Ani merasa ada bunyi gemerisik, kepalanya menoleh ke belakang. Tidak ada tanda-tanda sesuatu yang akan membuatnya takut. Ani memang bukan penakut, dia sangat berani, bahkan katanya dia pernah menangkap tuyul.

Tiba-tiba saat melangkah baru saja dua langkah setelah berhenti sejenak tadi, kakinya tak dapat bergerak. Ada yang memegang kakinya, saat melihat ke bawah, dua tangan dewasa mencekal mata kakinya. Saat melihat ke bawah kemudian ke balik tubuhnya, ada sosok yang tubuhnya setengah berada di atas tanah dan setengahnya lagi masih menyembul dari tanah kuburan. Ani tidak berteriak, karena dia kebingungan, entah ingin takut atau ingin pipis.

Ani terjatuh, kakinya masih dipegang dengan kencang, mata orang itu tertutup kapas, hidungnya juga ada kapas, tali pada kain kafannya masih terikat hingga bentuknya menyerupai bantal guling. Berusaha sekuat tenaga melepaskan cengkraman tangan itu, sampai tanah berwarna merah menyebar ke segala arah, ada suara erangan dari bibir sosok bantal guling itu.

Dengan ide cemerlangnya, Ani mengambil BOTOL dari dalam kantung plastik belanjaannya, kemudian berkali-kali memukul tangan sosok penghuni baru kuburan. Terus menerus, lagi dan lagi, sampai akhirnya tenaga Ani hampir habis, tapi kakinya masih dipegang. Ani tidak kuat lagi, dia lupa untuk berteriak minta tolong, padahal tadi ada sepeda motor yang lewat di jalanan umum.

Tanpa berpikir panjang lagi, Ani mendekati sosok itu, walaupun jantungnya berdegup kencang, entah karena takut atau karena bau sangit dari sosok ini. Kemudian Ani menarik tali yang mengikat di atas kepala makhluk itu. Dan kemudian, secepat embusan angin, makhluk itu tiba-tiba sudah masuk kembali ke dalam tanah yang masih merah. Ada lubang menganga di situ, talinya masih berada di genggaman Ani.

Ani mengintip dan mata makhluk itu terbelalak menatap langit malam yang penuh bintang. 
Sampai di rumah, ibunya sudah menunggu di depan pintu. Mengomelinya karena pulang terlambat. Saat menanyakan kenapa Ani pulang lama sekali, begini jawabannya :

"Bu, tadi di kampung kuburan ada yang bentuknya seperti guling, kemudian punya tangan dan menjeratku. Setelah aku ambil ikatannya, dia langsung masuk ke dalam tanah. Itu apa ya bu?"

Tanpa bisa menjawab pertanyaan Ani, sang Ibu langsung jatuh tak sadarkan diri.

*****
Tulisan ini diikutsertakan dalam #Jumatulis dengan tema : BOTOL.

1 comment:

Silakan berkomentar sesuka hati! :)