Semenjak kecil, ketika jatuh
sakit ataupun selera makannya menurun, Ibu akan membuat sambal terasi, baunya
serta merta menggugah seleranya yang sedari kapan hilang entah kemana, ia akan
segera makan dengan lahap, sembuh dari demam dan ceria seperti biasa. Sungguh beruntung
ia memiliki Ibu yang pintar memasak. Apapun, segala yang diracik tangan Ibunya
pasti menjelma menjadi makanan yang lezat.
Sambal terasi, menjadi
masakan Ibu paling utama yang harus ada sehari-hari, seperti telah menjadi
bagian tersendiri dalam keluarga kecilnya. Ia juga sangat menyayangi Ibunya,
tak pernah lepas dari ketiak Ibu yang katanya baunya senikmat bau terasi. Hingga
dewasa, menjelma lelaki dengan tetap mengidolakan sambal terasi dan wangi
ketiak Ibu. Ia mencintai Ibunya, dan bau terasi yang keluar dari setiap
pori-pori kulitnya.
***
Arfa terdiam di sudut dapur,
menatap nanar pada pecahan cobek yang sering dipakai Ibunya, dulu, untuk
membuat sambal terasi kesukaaannya, dibanting istrinya yang baru saja pergi
meninggalkan rumah. Tak tahan, katanya, setiap kali Arfa membandingkan sambal
terasi buatannya dengan sambal terasi Ibunya.
Hidup tak senikmat sambal
terasi Ibu. Ucapnya terbata-bata.
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuka hati! :)