Friday, October 24, 2014

Jumatulis Season 2 - 05 Terasi - Sambal Dina

Oleh:


"Makanan di sini enggak ada yang enak!" keluh Mamaku.

"Iya, semua enggak ada rasa!" sahut Papaku kemudian.

Adik-adikku juga tidak mau kalah, aku menatap mereka sambil tertawa, "Di sini, ya, rasanya memang tidak bisa diandalkan. Namanya juga bukan di rumah..."

"Katanya sambal pedas, kok ini malah manis?!"

"Katanya juga ini sambal terasi, kok lebih banyak rasa tomatnya?!"

"Ini juga, jeruk purutnya mana?! Mana enak sambal terasi tanpa dikasih perasan jeruk purut?!"

"Lebih enak sambalnya Dina!" Papa, Mama, dan adik-adikku serentak berseru.

***

Kali ini aku sedang berlibur ke rumah. Sejak jauh hari aku sudah membayangkan masakan rumah, masakan a la Mama, ditambah dengan racikan sambal a la Dina. Di rumah ini, sambal terasi super pedas sudah menjadi ciri khas tersendiri, salah satu yang amat dirindukan oleh perantauan sepertiku. Pembuatnya, ya, siapa lagi? Gadis remaja berusia 15 tahun yang sudah sekitar dua tahun ini ikut tinggal bersama kami.

Ayahnya Dina adalah salah satu tukang yang ikut membangun rumah kami. Malang, di saat proses pembangunan sedang berlangsung, Ayah Dina terjatuh dan akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itu, Mama dan Papa mengangkat Dina menjadi anak. Dina juga disekolahkan oleh Papa dan Mama. Sebenarnya tidak ada yang memaksa Dina untuk ikut membantu di urusan rumah tangga, apalagi urusan masakan di rumah sepenuhnya ada di bawah tanggung jawab dan kontrol dari Mama. Di rumah juga ada orang lain yang bertugas mengerjakan urusan rumah tangga. Tetapi, Dina terus saja merasa tidak enak hati karena sudah diizinkan tinggal dan disekolahkan. Jadi, dia terkadang ikut membantu Mama memasak.

"Sekalian saya belajar memasak, Bu..." begitu alasan Dina.

Di situlah kemudian rahasia sambal a la Dina mulai terkuak. Sambal yang membuat kami semua tergila-gila. Rasanya tidak lengkap jika makanan di rumah tidak dilengkapi dengan sambal terasi buatan Dina.

"Ma, Dina ke mana?" Ini pertanyaan pertamaku ketika sampai di rumah, "Aku kangen banget, Ma, dengan sambalnya Dina. Kok tidak ada di meja makan? Adanya sambal buatan Mama..."

"Dina pulang ke rumahnya hari ini, besok baru kembali ke rumah kita."

"Yaaah..."

"Kan ada sambal buatan Mama, nak..." bujuk Mama.

"Iya sih, aku juga paling suka sambal buatan Mama. Tapi, kalau sambal buatan Mama hampir tiap hari juga aku makan di kos. Kan, Mama rutin mengirimkan sambal ke aku..."

"Sudah, dari pada kamu semakin kelaparan, mending sekarang makan. Besok, kamu bisa memakan sambal buatan Dina.

Dengan muka masih ditekuk, aku menuruti Mama dan beranjak ke meja makan. Bagaimana pun, cacing-cacing di perutku sudah bergemuruh sejak tadi.

"Besok Dina pulang..." hiburku dalam hati.

***

"Dina!"

"Mbak!"

"Sambal kamu, luar biasa!" Aku mengusap peluh keringat yang bercucuran di wajahku, "Pokoknya, sambal buatan kamu JUARA banget!"

Sumber: Menu Resep Masakan

"Hehehe, nambah Mbak. Kalau kurang, Dina siap membuatkan spesial untuk Mbak lagi."

"Sambal kamu enak banget! Pedaaasss..."

"Bukan sambal, Mbak, kalau rasanya tidak pedas." jawab Dina, seperti biasa. Jawaban yang juga menjadi ciri khas Dina.

Ah, aku begitu menyenangi suasana dan segala isi dari rumah ini.

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar sesuka hati! :)