Saturday, September 20, 2014

Jumatulis Season 1 - 08 Manis, Cookie, Cupcakes, Lolipop, Ice Cream - Sweetie


Oleh:


Namaku Giana, usiaku 10 tahun. Aku sangat senang jika Natal tiba. Kalau kau ingin tahu kenapa, aku punya banyak sekali alasan untuk menjelaskannya kepadamu. Tapi, jangan pernah menyebutkan tentang tahun baru kepadaku. Tahun baru adalah neraka, aku membencinya. Aku hanya merasa hidup saat Natal tiba, dan aku merasa mati saat tahun baru datang.

Oh, iya. Kau tahu, saat Natal, aku mendapatkan semua hal manis yang aku sukai. Sebutkan semua makanan manis yang kau sukai, aku mendapatkannya ketika Natal. Jangan lupa, masukkan ginger cookie juga. Aku sangat menyukai makanan yang menjadi "maskot" saat Natal ini. Sebutkan semua hadiah yang kau dapatkan atau ingin kau dapatkan saat Natal, orangtuaku pasti akan mewujudkan hadiah impian kalian.

Sayangnya...

Orangtuaku sudah mati. Setidaknya, bagiku.

"Giana, sstt, aku datang..."

Aku segera melihat ke arah langit-langit. Itu dia! Aku beranjak bangun dari tempat tidurku dan berdiri menatapnya. Perkenalkan, ini temanku, Sweetie. Makhluk mungil baik hati yang menjadi temanku sejak sepuluh tahun yang lalu, sejak aku hadir di sini. Tetapi, Sweetie jarang muncul. Dia memiliki tugas lain di seluruh dunia, untuk menemani anak-anak yang membutuhkan teman sepertiku. 

Sweetie sudah menurunkan bakatnya kepadaku sejak dua tahun yang lalu. Jadi, aku mempunyai kekuatan untuk berubah menjadi sepertinya. Aku menjadi bagian dari pasukan ginger cookies, berkat kesukaanku memakan kue kering tersebut, serta berkat perilakuku yang menurut Sweetie sangat baik. Jadi, aku juga memiliki misi untuk membahagiakan semua anak-anak yang ada di dekatku, melalui kehadiranku.

Papaku jahat, aku dipukuli lagi....

Sstt... Coba diam sebentar. Sepertinya aku mendengar sesuatu.

Aku enggak kuat lagi....

Wah!
Ternyata benar. Aku mendengar suara anak kecil menangis kesakitan. Ini saatnya aku bertindak untuk membantunya.  

Bye!
Aku akan segera kembali.


***


"Hari ini bagaimana perkembangan Sweetie?" Mrs. Ellie, sosok yang sangat dikagumi di sini -- "Ibu" bagi semua "anak-anak" di sini -- bertanya kepadaku.

Dengan cepat aku memberikan laporan perkembangan tentang Sweetie. Memang masih seperti sebelumnya, belum terlalu terlihat perubahan yang signifikan. Aku melihat raut wajah Mrs. Ellie murung. Aku tahu sekali, Sweetie adalah anak pertama yang hadir saat Mrs. Ellie bekerja di sini. Dibandingkan dengan anak-anak lainnya, Sweetie adalah anak yang perkembangannya paling lambat. Bahkan, nyaris tidak ada. Segala usaha sudah dilakukan oleh Mrs. Ellie untuk membantu Sweetie, tetapi tetap saja tidak menunjukkan hasil. 

"Tadi Sweetie kembali menggambar ini, Mrs. Ellie." Aku menyodorkan buku gambar yang kami sediakan di dalam kamar Sweetie. Di sana ada banyak sekali sketsa yang dibuat Sweetie dengan menggunakan crayon. Kami sengaja hanya memberikan crayon kepada Sweetie demi keamanan dia. Biasanya, Sweetie akan menggambar makanan-makanan yang dia sukai. Tadi, yang dia gambar adalah sosok ginger cookie yang didandani seperti seorang gadis kecil, manis sekali. Aku menduga, Sweetie menggambar dirinya sendiri karena di bawah gambar tersebut tertulis kata "Sweetie".

Aku melihat ke wajah Mrs. Ellie, ada senyuman tersungging di bibirnya, "Sweetie, anak manis. Masih sama manisnya dengan Sweetie yang saya lihat pertama kali, 10 tahun yang lalu. Gambar ini sesuai sekali dengan dirinya, manis. Saya berharap dia bisa menjadi seperti Sweetie di gambar ini, ceria."

"Pastikan kalian memberikan makanan sesuai jadwal di kalender Sweetie. Sekarang tanggal 28, menurut dia, jadi harus ada ice cream di menu makanan dia hari ini." lanjut Mrs. Ellie.

"Siap..."

Aku melihat ke arah Sweetie yang sedang tertidur, nyenyak sekali. Efek samping dari obat yang kami berikan kepadanya tadi.

Sweetie, kita baru berkenalan. Aku baru masuk ke sini sekitar tiga bulan yang lalu. Jika mendengarkan kisahmu, aku bisa mengerti kenapa Mrs. Ellie sangat menginginkan perkembangan yang signifikan. Aku sangat berharap dapat membantumu hingga sembuh.


***


"Sweetie, kali ini kita akan berpetualang ke mana?" aku menggandeng tangan Sweetie dengan semangat. Tadi Sweetie datang kepadaku dan membawakan banyak sekali lolipop. Permen kesukaanku dan juga kesukaan anak-anak lainnya.

"Kita akan pergi ke sebuah tempat, Giana. Di sana ada banyak sekali anak-anak yang sepertimu, tapi sayang sekali, mereka kesepian. Tidak ada orang-orang baik yang menemani mereka, tidak seperti yang ada di tempatmu. Jadi, kita akan ke sana untuk menghibur mereka dan membagikan lolipop-lolipop ini kepada mereka."

Aku tertawa girang mendengarkan penjelasan dari Sweetie, "Aku tidak sabar ingin bertemu mereka."

"Sebentar lagi kita akan menuju ke sana. Kau pegang tanganku dengan erat ya, kita akan terbang." Dengan patuh aku menuruti perkataan Sweetie.

Sweetie... Giana...

"Ada yang memanggil kita." sahutku. 

Aku melihat Sweetie tersenyum, matanya menoleh ke samping kanan kami. "Miss Anya membawakan cupcakes untukmu, Giana, makanlah dulu."

"Iya!" Aku segera menghambur ke arah Miss Anya, menatap segala rupa cupcakes yang dibawa olehnya. Aku yang berbentuk mini, dengan beragam rasa buah, dan warna-warna sesuai dengan rasa masing-masing. Strawberry, blueberry, green grape, dan mango. Ada juga yang berukuran sedang dan dihiasi topping berupa edible image berbentuk ginger cookie kesukaanku! Aku melahap semuanya dengan hati senang.

Makanlah dengan tenang, Giana sayang.

Aku menatap Miss Anya dan tertawa lebar. Aku memang tidak sabar ingin melahap semuanya. Aku bergantian menatap Sweetie, dia juga tertawa melihatku.

"Mukamu belepotan hahahaha." Aku hanya tertawa menanggapi Sweetie. Kemudian, aku melihat Miss Anya mengeluarkan tissue basah.

Aku bersihkan wajahmu dulu, ya Giana...

Dengan patuh, aku mengangguk mengiyakan pernyataan Miss Anya. Sepertinya, kunjunganku dan Sweetie akan tertunda lama karena aku masih ingin memakan cupcakes tadi hingga habis, baru kemudian aku akan mengikuti ke mana Sweetie pergi.

Giana, habiskan pelan-pelan. Jangan terburu-buru, nanti kamu tersedak. 

Sweetie....

Aku tersenyum memandangi Miss Anya.


***


"Aaaaaaakk!!! Pergi kalian, pergi!!!"

Aku bergegas berlari menuju ruangan Sweetie. Terdengar teriakan dia yang menggema ke ruang lainnya di rumah sakit ini. Aku khawatir terjadi sesuatu lagi pada Sweetie. Dengan segera aku menghubungi Mrs. Ellie sebagai pimpinan di sini dan Mrs. Ellie sedang menuju ke ruangan Sweetie juga.

"Sweetie..." panggilku saat sudah berada di dalam ruangan Sweetie. Aku melihat sosok perempuan muda yang menangis sesenggukan di pojok ruangan. Keringat mengucur deras di tubuhnya. 

"Mereka datang lagi!!! Mereka datang lagi!!!!" teriaknya histeris. 

Aku mencoba memeluk Sweetie. Susah payah aku merangkul dan memegang kedua tangannya. Tubuh Sweetie basah kuyup oleh keringat.

"Tolong bantu saya menenangkan dia." sahutku kepada tiga petugas lain yang baru tiba di ruangan Sweetie. 

Dengan cekatan, tiga orang yang terlatih dengan baik ini mengangkat tubuh Sweetie ke atas dipan khusus dan mengikat tubuhnya ke sisi-sisi yang ada di dipan tersebut, supaya Sweetie terhindar dari tindakan berbahaya, yang mungkin akan dia lakukan di saat sedang tidak stabil seperti sekarang.

"Sweetie, maaf, saya harus menyuntik kamu lagi..." aku mengusap air mata di pipi Sweetie. Dia melihatku sejenak dan masih tetap menangis. Dengan berusaha sepelan mungkin, aku menyuntikkan obat ke lengan Sweetie. Tidak lama, aku melihat Sweetie tertidur.

"Kalian boleh kembali..." ujarku kepada ketiga petugas tadi, "Sebentar lagi Mrs. Ellie akan datang."

Aku mengambil tissue basah. Sambil menahan tangis, aku mengelap wajah dan tubuh Sweetie.

"Ada apa dengan Sweetie?" Mrs. Ellie yang baru tiba segera menanyakan kondisi Sweetie.

"Sweetie mengingat kembali kejadian buruk yang menimpanya dulu." jawabku.

Aku dan Mrs. Ellie berpandangan, masing-masing sangat paham tentang apa yang baru saja terjadi pada Sweetie.

Sweetie adalah tetanggaku dulu. Kami sempat sangat akrab dan dia sudah aku anggap sebagai adikku sendiri, mengingat usiaku yang lebih tua tujuh tahun darinya. Sweetie yang aku kenal merupakan anak yang sangat ceria. Kehadirannya seperti vitamin bagi kami yang mengenalnya. Dia mampu mengubah kemurungan menjadi kebahagiaan, itulah Sweetie. Nama aslinya Giana. Tetapi, kami yang mengenalnya lebih senang memanggil Sweetie karena dia memang manis sekali.

Sayang, keluargaku harus pindah ke luar kota mengikuti tugas pekerjaan Papa saat aku berusia 17 tahun. Saat itu menjelang Natal tahun 2003. Aku ingat sekali, menjelang kepindahan, Sweetie sempat datang ke rumahku yang berada tepat di sebelah rumahnya sambil menangis terisak. Dia tidak ingin aku pergi, katanya. Aku susah payah untuk membujuknya. Papa dan Mamanya sampai berulang kali meminta maaf kepadaku dan keluargaku karena Sweetie sampai menolak pulang ke rumah, dia bersikeras untuk menginap di rumahku sampai saatnya aku dan keluargaku pindah.

Aku tidak keberatan atas ulah Sweetie karena jujur saja, aku juga sangat sedih. Aku dan Sweetie sama-sama anak tunggal. Aku sangat mengerti dengan apa yang dialami oleh Sweetie saat itu, karena aku juga mengalami persis seperti yang dia rasakan.

Sejak Sweetie memutuskan menginap di rumahku, aku berusaha untuk membuatnya selalu gembira. Sweetie sangat menyukai makanan-makanan yang manis. Jadi, aku membuatkan camilan khusus untuknya. Mulai dari ginger cookies yang dihias berbagai wujud, cupcakes dengan segala rasa, vanilla ice cream kesukaan Sweetie, bahkan menyediakan permen segala bentuk -- termasuk lolipop. 

Papa dan Mama Sweetie juga berusaha mengalihkan kesedihan yang dialami Sweetie dengan membelikan apapun yang dia inginkan. Aku ingat, saat itu Sweetie ingin sekali boneka berbentuk ginger cookie. Entah bagaimana caranya, Papa dan Mama Sweetie berhasil mendapatkan boneka tersebut. Sweetie memberi nama boneka tadi dengan sebutan Sweetie. Boneka yang sama, masih tersimpan dan menjadi satu-satunya teman Sweetie sampai sekarang, ada di dalam ruangan ini juga.

Baru delapan tahun kemudian, saat aku kembali ke kota asalku dan bekerja di rumah sakit ini, aku mengetahui bahwa Sweetie mengalami kejadian traumatis tidak lama setelah kepindahanku ke luar kota. Lebih tepatnya, Sweetie mengalami peristiwa tersebut saat momen tahun baru 2004. 

Aku kaget sekali saat mengetahui bahwa Sweetie menjadi salah satu pasien yang menjadi tanggung jawabku sebagai Psikiater muda di sini. Aku tidak menyangka bahwa nama Giana yang tertera di dalam daftar pasienku adalah Giana alias Sweetie, adikku sendiri. Hatiku terasa sangat sakit dan semakin sakit ketika menyadari bahwa Sweetie tidak lagi mengingatku. Aku tidak pernah sekalipun melupakan Sweetie, tetapi aku sangat maklum jika Sweetie tidak mengingat diriku. Jadi, aku memperkenalkan diri kepada Sweetie, bukan sebagai kakaknya, melainkan sebagai Miss Anya -- perawat Sweetie. Aku memposisikan diri sebagai orang yang baru berkenalan dengannya selama tiga bulan.

Aku menggali informasi sebanyaknya dari data-data yang ada di rumah sakit, termasuk dari Mrs. Ellie. Dari data tersebut aku mengetahui bahwa saat malam tahun baru 2004, Sweetie dan Papa-Mamanya berlibur ke Bali. Di sana, Sweetie sempat terpisah dari pengawasan Papa-Mama. Itulah awal petaka bagi Sweetie. Dia sempat diculik oleh sekelompok pemuda penduduk lokal dan mengalami perkosaan. Sweetie mengalami guncangan psikologis yang sangat hebat. Secara fisik, Sweetie pun hancur. Organ-organ vitalnya rusak parah, bahkan Sweetie harus menjalani operasi pengangkatan rahim.

Sweetie dibawa kembali ke Jakarta, sempat hanya menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit, sebelum akhirnya menjadi pasien tetap di sini tidak lama setelah pengangkatan Mrs. Ellie sebagai kepala rumah sakit yang khusus merawat pasien dengan gangguan kejiwaan ini.

Kondisi Papa-Mama Sweetie tidak kalah terguncangnya. Mereka didera perasaan bersalah yang sedemikian hebat sampai terbawa hingga mereka meninggal dalam waktu berdekatan menjelang Natal 2004. Diagnosa semua orang, Papa-Mama Sweetie mengalami sakit karena depresi dan mereka tidak kuat melawan depresi tersebut. Sejak itu, Sweetie berada dalam tanggungan Mrs. Ellie langsung. 

Papa dan Mamaku yang mendengar kisah Sweetie memutuskan untuk mengambil alih pengasuhan Sweetie. Aku setuju. Sweetie adalah adikku, sejak dulu.

Bagi Sweetie, sejak kejadian mengenaskan tersebut, hidupnya hanya eksis pada tanggal 20-31 Desember saja. 20 Desember adalah hari ketika Sweetie memutuskan menginap di rumahku sebelum aku dan keluargaku pindah, sementara 31 Desember adalah ingatan terakhir yang menyenangkan baginya. 

Kami di sini, memenuhi keinginannya setiap hari dengan menyesuaikan pada kalender 11 hari Sweetie tadi. Dia tidak mengingat tanggal dan bulan lainnya. Jadi, setiap hari kami menyesuaikan 11 menu harian, selain makanan tetap yang harus dikonsumsi oleh Sweetie, sesuai dengan daftar makanan kesukaan Sweetie.

"Masih belum ada perkembangan terbaru?" tanya Mrs. Ellie di sela keheningan yang melanda kami di ruangan Sweetie.

"Belum ada. Saya juga masih mencari cara lain yang bisa digunakan untuk membantu Sweetie." jawabku pelan.

Sekarang sudah sepuluh tahun Sweetie dirawat di sini. Dia bukan lagi gadis kecil, melainkan perempuan muda berusia 20 tahun, yang sangat cantik. Wajahnya merupakan perpaduan dari Papa dan Mamanya. Aku jadi semakin merindukan adik kecilku yang dulu.

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar sesuka hati! :)