Friday, November 21, 2014

Jumatulis Season 2 - 09 Beranda - Suatu Sore di Beranda

Sore ini hujan turun deras, setelah seharian mendung bergelayut di atas sana. Udara lembab yang gerah, yang serasa berada di dalam sauna akhirnya berganti dengan udara sejuk yang menghapus keringat dan mendinginkan kulit. Dunia seakan-akan menghembuskan napas lega... Perempuan Itu, saat mendengar suara hujan, menghentikan pekerjaan yang sedang ia lakukan dan keluar ke beranda rumahnya. Ia segera larut dalam pesona hujan, memandanginya dan terus memandanginya tanpa memikirkan apa-apa.

“Bagaimana hujan terjadi?”

Tersentak, Perempuan Itu menoleh ke arah datangnya suara dan mendapati Gadis Kecil berdiri di sampingnya. Rambut sebahunya diikat ekor kuda dan tubuhnya terbungkus jaket tebal selutut berwarna kuning pisang, ia juga memakai sepatu bot anti air berwarna senada dengan jaketnya.

“Kau sudah datang.”

“Hujan itu cantik ya, suaranya merdu, tik tik tik...”

“Ia sangat cantik.”

“Mau main hujan?”

“Tidak. Kamu saja.” Gadis Kecil menatapnya dengan mimik memohon yang sangat memelas, yang akan menyentuh hati siapa pun, kecuali dirinya. Dia menggeleng dan mimik itu seketika berganti mimik merajuk yang sangat menggemaskan. “Tidak”, katanya lagi. Gadis Kecil dengan muka cemberut membuka jeket dan sepatunya lalu berlari ke dalam hujan. Ia tahu, sekali Perempuan Itu berkata tidak, sekeras apa pun ia berusaha membujuknya, dia tetap tidak akan berubah pendirian. Gadis Kecil sering membayangkan Perempuan Itu seperti batuan gunung yang tak tergoyahkan bahkan ketika dilanda badai ataupun gempa.

Hujan seakan menyambutnya, ia bertambah deras dan terus bertambah deras. Gadis Kecil menari-nari, bernyanyi-nyanyi, melompat-lompat meniru kodok, bahkan berguling-guling di tanah yang becek. Perempuan Itu tersenyum dan menggeleng-geleng menyaksikan tingkah Gadis Kecil.

Dia pun beranjak dari beranda dan menuju dapur. Segera sibuk membuat segelas susu coklat panas untuk Gadis Kecil dan sepoci teh panas untuknya. Dengan sekaleng biskuit sebagai teman cemilan di sore hari itu. Dan kembali ke beranda menikmati hujan sekaligus mengawasi Gadis Kecil.

Mereka berdua menyukai hujan. Bedanya, saat hujan Gadis Kecil ingin segera berlari menyambut sang hujan dan bermain hinggah kuyup di dalamnya sedangkan Perempuan Itu lebih memilih menikmatinya dari tempat yang kering yang tidak membuatnya basah kuyup. Perempuan Itu tidak suka rambutnya lepek, makeupnya blepotan karena hujan. Gadis Kecil tidak peduli seluruh tubuhnya basah, bajunya blepotan lumpur, dan mungkin saja dia akan demam selepas bermain hujan itu, dia tidak peduli, kebahagiaan dan keceriaan yang ia rasakan saat itu adalah hal yang paling penting baginya. Perempuan Itu hanya suka memandangi hujan dan menjadi melankolis karenanya...

Setelah puas bermain hujan, Gadis Kecil masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar mandi. Membasuh badannya yang berlumuran lumpur dan berganti pakaian. Kemudian dia akan duduk manis disebelah Perempuan Itu, meneguk susu panasnya dengan penuh sukur. Untuk beberapa saat mereka akan duduk diam seperti itu, meneguk minuman masing-masing, mengunyah biskuit, dan tenggelam dalam lamunan atau pikiran masing-masing.

Gadis Kecil berharap ketika suatu saat nanti dia menjadi dewasa -- dia harap tidak, semoga saja tidak – dia ingin seperti Perempuan Itu; rupanya, pembawaannya, dan raut keibuan penuh kasih ketika memandangnya. Perempuan Itu lain lagi, kadang ia merasa iri pada kepolosan, spontanitas, dan rasa percaya yang dimiliki Gadis Kecil. Seakan-akan dunia ini tempat yang paling indah, mengasikkan dan aman ketika kita melihat dari kacamatanya. Semua manusia, semua makhluk baik dan patut dipercayai. Tak ada rasa curiga di hatinya... seandainya Perempuan Itu bisa seperti itu... tapi tidak, dia terlanjur menaruh curiga pada segala hal, bahkan kebaikan yang ditujukan kepadanya. Dia akan bertanya-tanya ada maksud terselubung apa ketika seseorang memberinya pertolongan, dan seberapa banyak dia akan berhutang budi.

Hidup akan menjadi terlalu rumit dan melankolia jika menyangkut Perempuan Itu dan hidup akan jauh lebih menyenangkan dan dipenuhi petualangan mengasikkan jika menyangkut Gadis Kecil. Dengan perbedaan itu, keduanya malah berteman akrab. Dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Mereka punya jadwal bertemu setiap harinya, di sore hari menjelang senja, atau di malam hari ketika manusia dan makhluk lainnya telah terlelap.

0 comments:

Post a Comment

Silakan berkomentar sesuka hati! :)