Friday, October 10, 2014

Jumatulis Season 2 - 03 Pesona - Mbak Inul

Api asmara yang dahulu pernah membara
Semakin hangat bagai ciuman yang pertama
Detak jantungku seakan ikut irama
karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut

Mbak Inul, tengah bergoyang dengan gaya khasnya, goyangan setrum. Sambil melewati pemakaman keluarga Pak Kartadjaya, yang konon katanya sangat angker. Beberapa kali, tempat itu sering dijadikan ajang untuk bertemu dengan makhluk halus, dimana kamera akan berada beberapa tempat sesuai arah mata angin.

Suara dari handphone yang baru dibelikan oleh Bang Roma, pacar barunya setelah memutuskan Bang Meggy, diatur agar mengeluarkan suara musik lagu dangdut sampai maksimal. Tujuannya jelas, Mbak Inul ketakutan dan butuh pengalihan fokus agar tidak ketakutan ketika melewati makam Keluarga besar Kartadjaya.

Lima langkah sebelum melewati pintu masuk makam, dengan dinding yang hanya setinggi pinggang Mbak Inul yang meliuk bagai gitar spanyol - itu kata Bang Roma. Ada embusan angin semilir melewati wajah Mbak Inul. Wangi melati. Kakinya tersentak berhenti, tapi kepalanya ketakutan untuk melihat ke arah kanan dan kiri, tempat makam Keluarga Kertadjaya.


Sementara itu di atas pohon adenium yang menjulang tinggi, duduk seorang wanita dengan paras cantik, rambut panjang, memperhatikan Mbak Inul dari jauh. Sorotnya sedih dan sepi, dia sudah lama tidak merasakan kesenangan. Dan merasa kalau suara dari lagu yang tengah diputar Mbak Inul adalah sesuatu yang sudah lama dicarinya. Ia ingin berkenalan dengan Mbak Inul.

Wuzzzzzz

"Mbak, saya Marni. Itu lagu apa?"

"Huu...huuuu...huuuu."

Mbak Inul hanya bisa tergugu ingin menjawab bahwa lagu ini lagu Kopi Dangdut yang sangat terkenal itu. Tapi kakinya Mbak Inul gemetaran, tangannya menunjuk ke arah sosok di hadapannya yang tidak menapaki tanah, setengah melayang dengan gaun putih kotor, mata yang melotot tajam ke arahnya, serta belatung yang keluar dari sudut matanya.

"Mbak, itu lagunya siapa?"

Mbak Inul tidak pernah kencing sembarangan, tapi malam itu, ketika suara anjing menggonggong samar-samar dari kejauhan. Kaki Mbak Inul yang gemetar, spontan saja tanpa melihat apakah ada toilet atau tidak, Mbak Inul kencing di celana.

"Mbak, celananya basah."

Mbak Inul masih tergagap, celana basah, badan gemetar.

"Mbak, sini saya bantu."

Mbak Inul susah bernapas, bau di sekelilingnya busuk, pengap. Serta gelap,pekat. Mbak Inul berteriak, mulutnya penuh tanah.

Di kejauhan tukang becak yang melewati pemakaman Keluarga Kartadjaya, mendengar suara minta tolong. Dan dikayuhnyalah becaknya dengan cepat, dia ingin segera sampai rumah. Ingin bertemu Mbak Inul pujaan hatinya.


***
Tulisan ini diikut sertakan dalam #Jumatulis

1 comment:

Silakan berkomentar sesuka hati! :)