Oleh:
Wira Dwi Irawan
Siang itu, aku meminta Udin membeli pispot di Apotek.
"Udin, beliin pispot 1 buah untuk Ibu.
Udin pun pergi, seperti biasa mulutnya komat-kamit mengucap benda yang dibeli.
20 menit berlalu.
“Udin, pispotnya mana? Tanya Pak Komar.
“Udin, pispotnya mana? Tanya Pak Komar.
"Ndak ada, Pak. Malah diketawain sama pegawai Optiknya." Jawab Udin.
"Apa Din, Optik?" Tanya Pak Komar dengan raut wajah bingung.
"Iya" Jawab Udin sambil menganggukan kepala.
"Udin-udin, jelas kamu diketawain, kamu salah, Din." Kata Pak Komar sambil mengelus dada.
Udin pun pergi lagi, seperti yang dikata Pak Komar, kali ini iya
tidak hanya mengingat benda yang hendak dibeli. Tapi, ia juga mengingat
tempat membelinya “A-po-tek” begitu kata Pak Komar bilang sebelum Udin
pergi.
Tidak lama kemudian, Udin kembali dengan membawa sesuatu yang tertutup kantong kresek hitam.
"Ini Pak" kata Udin sambil menyodorkan barang yang ia bawa.
Pak Komar tersenyum.
Tapi, tidak lama ekspresinya berbeda 180 derajat.
Setelah melihat isi dari kantong kresek yang dibawa Udin.
Tapi, tidak lama ekspresinya berbeda 180 derajat.
Setelah melihat isi dari kantong kresek yang dibawa Udin.
"Udin, kenapa kamu belinya teko?"
Raut wajah Pak Komar menunjukan ekspresi marah.
Raut wajah Pak Komar menunjukan ekspresi marah.
"Gini loh pak, karena bentuknya hampir sama, jadi lebih baik beli teko, walau besar harganya murah"
Belum selesai Udin menjelaskan. Suara istri pak Komar tertengar dari balik pintu kamar.
Belum selesai Udin menjelaskan. Suara istri pak Komar tertengar dari balik pintu kamar.
"Papaaaaah"
Pak Komar segera masuk kamar.
"Pah, mamah sudah pup"
0 comments:
Post a Comment
Silakan berkomentar sesuka hati! :)